Indeks

Kuah Pliek Eungkoet Paya dan Oen ‘Kaca Kace Aceh’: Resep Langka yang Menghilang dari Peredaran

Ilustrasi.

Kuah Pliek, salah satu masakan khas Aceh, telah menjadi primadona di lidah para pecinta kuliner. Terkenal dengan kelezatan dan keunikan rasanya, kuah Pliek biasanya disajikan dengan sayuran atau ikan segar. Namun, ada satu varian kuah Pliek yang jarang diketahui orang, yaitu Kuah Pliek Eungkoet Paya dengan Oen ‘Kaca Kace Aceh’, (kuah Pliek Ikan paya dengan daun ‘kaca kace’).

Varian unik ini terungkap dari cerita seorang teman ketika saya mengunjungi warung kopi di sekitar Lhokseumawe awal Juli 2023. Teman tersebut mengaku pernah mencicipi Kuah Pliek Eungkoet Paya dengan menggunakan daun ‘Kaca Kace Aceh’ yang langka. Dia menggambarkan daun Kaca Kace sebagai daun yang tumbuh di daerah persawahan dengan batang yang rendah, dan memiliki bentuk daun lonjong yang bundar di ujungnya. Meskipun saya awalnya meragukan cerita tersebut, namun keteguhan sang teman membuat saya penasaran.

Saya mencoba mencari informasi tentang daun ‘Kaca Kace Aceh’ melalui mesin pencari Google, namun tidak menemukan hasil yang sesuai dengan deskripsi dia, gambar yang saya ajukan mengarah ke tumbuhan lain, salah satunya kas-kas.

Dalam kebingungan, keesokan harinya saya menanyakan kepada tetangga dan orang-orang di sekitar saya. Namun, tidak ada yang dapat mengidentifikasi daun tersebut dengan pasti, dan beberapa malah mengira bahwa daun yang dimaksud adalah daun kas-kas.

Dalam upaya untuk mengungkap misteri ini, saya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke pedalaman Aceh Utara. Di sana, saya bertemu dengan Nek Minah, seorang wanita berusia 70 tahun yang memiliki pengetahuan yang luas tentang tradisi kuliner Aceh.

Dengan penuh semangat, saya menceritakan maksud kedatangan kepada Nek Minah. Sang nenek dengan yakin mengatakan bahwa Kuah Pliek Eungkoet Paya dengan Sayur ‘Kaca Kace Aceh’ memang pernah populer di daerah tersebut dan memiliki rasa yang sangat nikmat. Namun, Nek Minah menyarankan untuk mencari seseorang di daerah tersebut yang bisa menunjukkan bentuk sebenarnya dari daun yang saya maksud.

Dengan petunjuk dari Nek Minah, saya melanjutkan perjalanan melewati jalan sawah yang menawan. Di tengah perjalanan, saya bertemu dengan Wak Munah dan Bit Insyah, dua petani yang sedang menikmati istirahat mereka di bawah jamboe Blang.

Saya pun memperkenalkan diri dan bercerita tentang pencarian terhadap Kuah Pliek Ikan Paya dengan Sayur ‘Kaca Kace Aceh’. Wak Munah dan Bit Insyah mengakui bahwa masakan tersebut pernah ada dan menggunakan daun ‘Kaca Kace Aceh’, tetapi sekarang sudah sangat jarang ditemukan. Mereka menunjukkan ke arah barat sebagai petunjuk lokasi tempat daun ‘Kaca Kace Aceh’ masih mungkin ditemukan.

Sekilas dari deskripsi Wak Munah dan bit insyah, saya dapat menyimpulkan bahwa daun ‘Kaca Kace Aceh’ yang dimaksud teman ngopi itu tidak mengarah ke daun kas-kas, tapi sejenis rerumputan liar yang tumbuh di kawasan tanah lembab.

Dengan cerita yang masih menjadi misteri, saya kembali ke kota dengan rasa penasaran yang tinggi. Cerita tentang Kuah Pliek Eungkoet Paya dengan Sayur ‘Kaca Kace Aceh’ yang langka ini memang meninggalkan kekhawatiran akan hilangnya keunikan kuliner Aceh. Namun, dengan semangat pencarian yang tinggi, siapa tahu suatu saat akan ada orang yang berhasil menemukan kembali resep langka ini, sehingga kelezatan Kuah Pliek Eungkoet Paya dengan Sayur ‘Kaca Kace Aceh’ dapat dinikmati oleh generasi mendatang.[]

Exit mobile version