Indeks
Opini  

Hari Pendidikan di Polosok: Kisah Sarah Raja dan Asa Anak-anak Terlupakan

Oleh: Muhammad Munir An-Nabawi, M.Psi., dosen IAIN Lhokseumawe.


Setiap tahun, Hari Pendidikan diperingati sebagai momen penting untuk merayakan pencapaian, melakukan evaluasi, serta memperbarui komitmen bangsa terhadap pemenuhan hak pendidikan bagi seluruh anak Indonesia. Di banyak tempat, perayaan ini ditandai dengan upacara, penghargaan, dan berbagai kegiatan seremonial yang menggambarkan kemajuan sektor pendidikan nasional. Namun, di balik gemerlap itu, masih banyak daerah yang belum merasakan dampak nyata dari pembangunan pendidikan yang merata.

Salah satu wilayah tersebut adalah Dusun Sarah Raja, sebuah daerah terpencil yang berada di Desa Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara. Terisolasi secara geografis, wilayah ini nyaris tak tersentuh fasilitas dasar pendidikan. Tidak ada sekolah yang benar-benar dekat, tidak ada jalan darat yang memadai, dan akses ke sekolah terdekat pun mengharuskan menyeberangi sungai yang deras.

Bagi anak-anak di Sarah Raja, Hari Pendidikan bukan hanya sekadar simbol atau hari libur nasional, melainkan cerminan dari perjuangan harian mereka. Setiap pagi, mereka harus mengarungi sungai dengan perahu kecil, melawan arus dan cuaca yang tak menentu, lalu berjalan kaki cukup jauh hanya untuk tiba di sekolah dasar. Perjalanan itu penuh risiko, namun semangat mereka tak pernah surut. Mereka tidak menuntut kemewahan, mereka hanya ingin belajar. Dan selama tantangan ini masih berlangsung, makna Hari Pendidikan di tempat-tempat seperti Sarah Raja akan selalu berbeda dari sekadar seremoni: ia adalah tentang ketahanan, harapan, dan hak yang masih harus diperjuangkan.

Potret Pendidikan di Sarah Raja

Sarah Raja terletak di perbatasan antara Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Bener Meriah. Wilayah ini berada di kawasan hutan belantara yang masih sangat alami, dikelilingi sungai-sungai yang mengalir deras. Desa Lubok Pusaka adalah desa paling ujung di wilayah Aceh Utara, dan Dusun Sarah Raja berada lebih jauh lagi ke pedalaman. Kondisi geografis yang ekstrem membuat akses transportasi darat sangat terbatas, tidak ada jalan layak, jembatan penghubung belum dibangun.

Karena di Sarah Raja belum tersedia Sekolah Dasar Negeri, anak-anak harus menyeberangi Sungai menggunakan perahu kecil. Setelah itu, mereka masih harus berjalan kaki menuju SD terdekat yang berada di Dusun Sarah Gala, Gampong Sah Raja, Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur. Penggunaan perahu bukanlah pilihan, tetapi kebutuhan karena satu-satunya alternatif untuk mengakses pendidikan. Tantangan yang mereka hadapi tidak hanya soal jarak, tetapi juga biaya bahan bakar perahu, risiko keselamatan saat arus sungai deras, cuaca yang tidak menentu, hingga keamanan anak-anak selama perjalanan.

Sesampainya di sekolah pun, kondisi tidak serta-merta membaik. Fasilitas sekolah yang tersedia sangat terbatas. Ruang kelas memang ada, tetapi kondisinya sering kali memprihatinkan dan tidak ideal untuk proses belajar yang nyaman. Kehadiran guru pun tidak selalu konsisten karena lokasi yang jauh dan sulit dijangkau. Ketersediaan buku pelajaran, alat bantu belajar, listrik, air bersih, hingga akses internet nyaris tidak ada. Semua itu menambah daftar panjang kendala yang dihadapi anak-anak dalam menempuh pendidikan dasar.

Namun, semua tantangan tersebut tidak mematahkan semangat belajar anak-anak Sarah Raja. Setiap hari, mereka tetap datang ke sekolah, menyeberangi sungai, menapaki jalan setapak di tengah hutan atau kebun, tanpa keluhan. Mereka belajar bukan karena disuruh, tetapi karena memiliki keinginan yang kuat untuk maju. Mereka sadar, pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk memperbaiki masa depan mereka dan desa tempat mereka tinggal. Semangat mereka adalah cermin dari keteguhan hati anak-anak pelosok negeri yang pantang menyerah meski dihadapkan pada kenyataan yang keras

Hambatan dan Dampaknya

Hambatan geografis di Dusun Sarah Raja bukan hanya soal jarak dan sulitnya medan, tetapi juga menyangkut keselamatan dan beban biaya. Orang tua harus menyediakan dana untuk bahan bakar perahu setiap hari, meskipun penghasilan mereka terbatas karena mayoritas hanya bekerja sebagai petani atau pekebun. Sungai yang mereka lintasi, terutama saat musim hujan, menjadi sangat berbahaya karena arus deras dan potensi banjir. Dalam kondisi seperti itu, aktivitas belajar bisa terhenti total selama berhari-hari. Minimnya infrastruktur dasar seperti jalan darat dan jembatan membuat dusun ini nyaris terisolasi dan menjadi contoh nyata ketimpangan akses pendidikan di pelosok negeri.

Dampak dari kondisi tersebut terlihat sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Banyak anak yang kelelahan bahkan sebelum sampai di sekolah, sehingga sulit untuk fokus saat belajar. Buku-buku mereka kerap rusak karena terkena air selama perjalanan. Kehadiran guru pun tidak menentu karena akses menuju lokasi yang sulit dan tidak aman. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Angka putus sekolah cenderung lebih tinggi, motivasi belajar menurun, dan capaian akademik anak-anak semakin tertinggal dibandingkan dengan teman-teman mereka di wilayah yang lebih mudah dijangkau.

Lebih jauh lagi, ketimpangan ini berpotensi memperparah kesenjangan sosial dan ekonomi di masa depan. Anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan layak akan kesulitan bersaing di dunia kerja, bahkan untuk sekadar melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Siklus kemiskinan bisa terus berulang, karena keterbatasan pendidikan menghambat kemajuan masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu, pemerataan akses pendidikan khususnya melalui pembangunan infrastruktur dasar dan dukungan logistik harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan jangka panjang, agar anak-anak seperti di Sarah Raja tidak terus tertinggal dari arus kemajuan bangsa.

Harapan dan Upaya yang Sudah dan Perlu Dilakukan

Ada kabar baik bahwa Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mulai merespons kondisi pendidikan di Dusun Sarah Raja. Salah satu langkah konkret yang telah diambil adalah rencana pembukaan kelas jauh di dusun tersebut, agar anak-anak tidak lagi harus menyeberangi sungai dan menempuh perjalanan jauh setiap hari. Jika jumlah siswa memadai, pemerintah juga merencanakan pembangunan sekolah permanen di Sarah Raja. Selain itu, ada inisiatif untuk membangun jembatan penghubung dan memperbaiki akses jalan menuju dusun, agar mobilitas masyarakat, terutama anak-anak sekolah menjadi lebih aman dan layak.

Meski begitu, upaya tersebut baru langkah awal dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pemerintah perlu mempercepat pembangunan sekolah permanen di Sarah Raja agar akses pendidikan tidak lagi bergantung pada kondisi cuaca atau transportasi air yang berisiko. Selain itu, peningkatan kualitas dan kehadiran guru secara reguler sangat penting, termasuk memberikan dukungan khusus bagi mereka yang bertugas di daerah terpencil. Fasilitas penunjang seperti buku pelajaran, alat tulis, listrik, dan akses internet juga harus diperhatikan agar anak-anak dapat belajar dengan layak. Terakhir, keberhasilan semua upaya ini akan sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat, tokoh dan pemerintah desa agar solusi yang dibangun benar-benar sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Exit mobile version