Aceh, sebuah daerah di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati, menyimpan banyak tanaman obat tradisional yang telah digunakan oleh masyarakat sejak zaman dulu.
Salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia adalah Bak Reudeup atau dikenal juga sebagai pohon Cangkring atau Dadap (Erythrina variegata). Sayangnya, beberapa dekade terakhir, tanaman ini mulai mengalami kelangkaan, menyebabkan keprihatinan akan keberlangsungannya.
Bak Reudeup merupakan sejenis pohon yang telah dikenal luas karena khasiatnya bagi kesehatan. Di Aceh, bagian dari pohon ini yang digunakan sebagai ramuan tradisional adalah daun, kulit batang, akar, dan biji.
Tanaman ini telah menjadi bagian penting dalam upaya pengobatan tradisional masyarakat Aceh, namun kini jumlah populasi Bak Reudeup mengalami penurunan drastis.
Faktor utama yang menyebabkan langkanya Bak Reudeup di Aceh adalah perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan berkurangnya jumlah tanaman ini secara keseluruhan. Suhu yang tidak stabil, pola hujan yang tidak teratur, dan perubahan lingkungan lainnya telah menyebabkan penurunan populasi pohon ini.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Meiyanto pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa Bak Reudeup mengandung senyawa alami seperti flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Kandungan-kandungan tersebut memberikan manfaat kesehatan yang signifikan bagi masyarakat.
Beberapa manfaat kesehatan yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Aceh dari Bak Reudeup antara lain adalah untuk mengatasi campak, gatal-gatal, mencegah keguguran, melancarkan ASI, dan meringankan gejala rematik.
Tidak hanya itu, Bak Reudeup juga dikenal sebagai obat penenang alami. Ekstrak dari tanaman ini dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur, sehingga banyak masyarakat Aceh yang menggunakan ramuan ini untuk mengatasi masalah tidur dan stres.
Di masa lalu, masyarakat Aceh sering menggunakan kulit dan batang Bak Reudeup sebagai salah satu bahan dalam ramuan tradisional mandi uap dan sale (perapian).
Dengan menghirup aroma dari bak Reudeup yang terbakar, diyakini dapat memberikan manfaat kesehatan tambahan, seperti menyegarkan badan, menghilangkan pegal linu, serta memberikan rasa nyaman dan tenang.
Namun, dengan langkanya Bak Reudeup di Aceh, ada risiko pengetahuan tentang manfaatnya secara tradisional menjadi terancam punah.
Generasi muda mungkin kehilangan kesempatan untuk belajar tentang warisan kesehatan alam ini jika langkah-langkah konservasi yang tepat tidak diambil. Oleh karena itu, upaya konservasi perlu dilakukan untuk memastikan Bak Reudeup tidak punah.
Sebagai bagian dari upaya konservasi, penting bagi pemerintah, komunitas lokal, dan para ahli untuk bekerja sama dalam melindungi dan menjaga habitat Bak Reudeup. Selain itu, juga perlu dilakukan kampanye kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Bak Reudeup merupakan salah satu harta karun alam Indonesia yang tak ternilai harganya. Dengan upaya konservasi yang tepat, kita dapat memastikan bahwa tanaman ini tetap hadir untuk memberikan manfaat kesehatan bagi masyarakat dan melestarikan warisan budaya yang berharga.
Mari kita bersama-sama menjaga Bak Reudeup agar dapat terus memberikan manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan kita semua.[]