Indeks
News  

“Melebihi Tsunami”: Air Mata Ayahwa Mengiringi Laporan Banjir Aceh Utara

Bupati Aceh Utara, Ismail A.Jalil, didampingi Kapolres Lhokseumawe AKBP. Ahzan, menyampaikan keterangan pers, Rabu, (3/12/2025).
Bupati Aceh Utara, Ismail A.Jalil, didampingi Kapolres Lhokseumawe AKBP. Ahzan, menyampaikan keterangan pers, Rabu, (3/12/2025).(Foto/ Zaman Huri)

Aceh Utara – Ruang konferensi pers mendadak hening ketika Bupati Aceh Utara, Ismail A. Jalil atau Ayahwa, tak mampu menahan tangis saat menggambarkan betapa luas dan beratnya bencana banjir yang melanda wilayahnya. Pada Rabu, 3 Desember 2025, ia menyampaikan bahwa banjir yang berlangsung sejak akhir November itu merupakan bencana “yang terburuk sepanjang sejarah Aceh Utara”.

Dengan suara yang beberapa kali terputus, Ayahwa mengatakan bahwa dari 27 kecamatan, hanya dua yang luput dari rendaman. “Selebihnya mengalami dampak yang melebihi tsunami,” ujarnya sambil berusaha menguasai emosi. Ia menyadari bahwa skala bencana tersebut berada jauh di luar kemampuan pemerintah kabupaten untuk ditangani sendiri.

Karena itu, pemerintah kabupaten telah mengirimkan surat pernyataan ketidakmampuan penanganan darurat bencana kepada Presiden Republik Indonesia sebagai bentuk permohonan agar pemerintah pusat segera turun tangan penuh mengatasi bencana besar ini.

Data terbaru Posko Bencana Banjir Aceh Utara per 3 Desember 2025 menunjukkan besarnya dampak bencana yang melanda sejak 22 November.

Menurut laporan resmi, 114 warga telah meninggal dunia dan 109 orang masih hilang. Jumlah ini diperkirakan bertambah karena banyak wilayah belum dapat dijangkau tim penyelamat. Sementara itu, total warga terdampak mencapai 54.850 KK atau 163.985 jiwa, dengan 35.848 KK (123.969 jiwa) terpaksa mengungsi.

Kelompok rentan yang harus mendapat perhatian khusus jumlahnya juga besar. Posko mencatat 198 ibu hamil, 1.251 balita, 1.687 lansia, serta 58 penyandang disabilitas berada dalam kondisi membutuhkan layanan evakuasi dan perlindungan.

Banjir kali ini juga meluluhlantakkan permukiman warga. Sebanyak 32.728 unit rumah terendam dan 532 unit hilang tersapu arus. Kerusakan yang sama parah terlihat pada sektor pertanian dan perikanan, dengan 12.782 hektare sawah serta 10.653 hektare tambak ikut terendam.

Kerusakan infrastruktur publik tersebar di seluruh penjuru kabupaten. Tercatat 106 ruas jalan rusak (96 rusak berat, 10 rusak sedang), 12 daerah irigasi, 66 titik tanggul sungai, 37 jembatan, dan 30 titik longsor yang menghambat akses ke daerah terdampak.

Sektor pendidikan juga mengalami kerusakan besar. Sebanyak 369 sekolah TK, SD, dan SMP terdampak banjir, 261 di antaranya rusak berat. Ribuan unit sarana pendidikan seperti alat peraga, mobiler, perangkat TIK, serta alat laboratorium rusak total, termasuk 27.520 buku pelajaran yang musnah terendam.

Rumah ibadah dan lembaga pendidikan Islam tak luput dari dampak bencana. Data posko mencatat 26 masjid rusak ringan, 16 rusak sedang, 16 meunasah rusak ringan, serta kerusakan berat hingga ringan pada sejumlah dayah/pesantren: 10 rusak berat, 195 rusak sedang, dan 6 rusak ringan. Satu balai benih ikan juga ikut rusak sedang. Secara keseluruhan terdapat 447 titik pengungsian yang kini menampung ribuan warga.

Di akhir penyampaiannya, Ayahwa kembali menahan tangis saat memohon perhatian pemerintah pusat. “Kami menyatakan ketidakmampuan upaya penanganan darurat bencana dan mohon kepada bapak presiden agar kiranya membantu penanganan banjir di kabupaten Aceh Utara,” ujarnya.

Banjir yang melanda Aceh Utara sejak 26 November 2025 diperkirakan masih meninggalkan dampak lanjutan. Di tengah ketidakpastian ini, ribuan warga berharap pertolongan dan pemulihan dapat segera tiba.

Editor : Mirza
Exit mobile version