Indeks
News  

Kondisi Mahasiswa Aceh di Sudan Kian Mengkhawatirkan

(Foto: Ist)

BANDA ACEH – Kondisi para mahasiswa Aceh di Sudan kian mengkhawatirkan. Para mahasiswa Aceh di sana kini menghadapi kesulitan dalam memperoleh makanan dan air.

Sementara pertempuran antara milisi dengan militer di Sudan masih terus berlangsung hingga Rabu 19 April 2023.

Hal ini disampaikan Senator DPD RI asal Aceh, HM Fadhil Rahmi Lc MA, kepada wartawan, seusai berkomunikasi langsung dengan para mahasiswa Aceh di Sudan.

Informasi tadi disampaikan oleh Ketua KMA Sudan, Teungku TM. Razik Hilli ke Syech Fadhil.

“Hari semakin hari stok persediaan makanan semaken berkurang, langka dan harga melambung plus stok mata uang juneh menipis dan tidak ada yang bisa pastikan ini sampai kapan akan berlangsung. Ini yang disampaikan oleh para mahasiswa di Sudan kepada saya,” kata pria yang akrab disapa Syech Fadhil ini dengan nada sedih.

“Menurut kabar, sebagian tempat listrik dan air tidak ada.”

Sementara itu, menurut informasi dari ketua keputrian Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Sudan, para mahasiswi asal Aceh yang tinggal di asrama khususnya, semenjak terjadi nya perang dari Sabtu hingga saat ini diungsikan ke aula Muhtamarot Kampus.

Menurut informasi tadi, ini adalah kebijakan dari kampus, dikarenakan para tentara dan tembakan itu bermarkas atau bertempat di belakang kampus asrama putri.

“Untuk sementara kondisi di dalam aulanya dingin karena menggunakan AC dan kami pun sangat merasakan kedinginan di saat selimut tak sempat kami bawa dikarenakan hanya membawa satu tas ransel. Alhamdulillah dari pihak kampus, IMI, PPI juga membantu kita dalam persediaan makan dan lain-lain meski dalam jangkauan yang terbatas,” tulis salah seorang mahasiswa Aceh di Sudan ke WA pribadi Syech Fadhil.

“Dan untuk saat ini dikabarkan pada hari ke 4 terjadi nya perang, kami telah mengalami kekurangan penyediaan makanan dari pihak kampus, dan meyebabkan mahasiswi masih merasa lapar bahkan terkadang tidak mendapatkan porsi dari yang disediakan,” tulisnya lagi.

Terkait hal ini, Syech Fadhil mengaku telah menghubungi pihak KBRI di Sudan dan kementerian terkait guna segera mencari solusi agar persoalan yang dihadapi oleh para mahasiswa Aceh ini bisa segera teratasi.

“Perlu diketahui, kondisi di sana (Sudan-red) sedang perang. Ada uang pun, makanan susah didapatkan. Maka saya berkomunikasi dengan semua jejaring di timur tengah untuk mengatasi persoalan ini. Kemudian juga mencari solusi jangka panjang untuk mereka,” kata mantan ketua Ikatan Alumni Timur Tengah di Aceh ini lagi.

“KBRI dan kementerian harus bergerak cepat untuk melindungi mahasiswa Aceh di sana,” kata Syech Fadhil.

Exit mobile version