Aceh Utara – Kenduri Jeurat, sebuah tradisi budaya Aceh yang telah berlangsung selama berabad-abad, kini mulai pudar di tengah modernisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat. Tradisi ini, yang dikenal sebagai ritual untuk menghormati dan mengenang arwah leluhur, kini jarang dilakukan oleh generasi muda di Aceh.
Kenduri Jeurat atau kenduri kuburan merupakan kegiatan adat yang digelar di makam. Masyarakat Aceh percaya bahwa dengan melaksanakan kenduri ini, mereka dapat mendoakan arwah keluarga dan para pendahulu. Acara ini biasanya diisi dengan doa bersama, pembacaan ayat suci Al-Quran, dan makan bersama yang melibatkan seluruh anggota keluarga serta kerabat dekat.
Tgk Nazaruddin, seorang tokoh agama asal Kecamatan Meurah Mulia yang kini menetap di Aceh Timur, disela sela pelaksanaan kenduri jeurat di Gampong Rayeuk Paya Itek, Aceh Utara, Minggu, (26/5/2024) mengatakan, kenduri jeurat memiliki nilai spiritual dan sosial yang tinggi.
“Ini bukan hanya soal kegiatan keagamaan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antaranggota masyarakat,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa kenduri ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap tradisi dan sejarah leluhur yang seharusnya dijaga dan dilestarikan.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, tradisi ini mulai ditinggalkan. Banyak faktor yang mempengaruhi hilangnya pelaksanaan kenduri jeurat, salah satunya adalah kesibukan dan pola hidup masyarakat modern yang semakin individualis. Selain itu, urbanisasi dan perpindahan penduduk dari Gampong ke Kota juga turut andil dalam mengikis pelaksanaan tradisi ini. Generasi muda Aceh, yang lebih banyak menghabiskan waktu di kota, cenderung melupakan akar budaya mereka.
“Melestarikan warisan budaya adalah tanggung jawab kita bersama, oleh sebabnya, setiap acara kenduri jeurat, saya bersama keluarga selalu pulang kampung,” tutup Tgk Nazaruddin.
Hamdani, seorang pemerhati budaya di Kabupaten Aceh Utara, mengungkapkan keprihatinannya atas fenomena ini. “Jika kita tidak berusaha menjaga dan melestarikan warisan ini, kita akan kehilangan jati diri kita sebagai orang Aceh,” tegasnya.
Ia mengajak semua pihak untuk aktif memperkenalkan dan menghidupkan kembali kenduri jeurat melalui berbagai program budaya dan edukasi. Adanya media sosial dan teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi dan edukasi mengenai pentingnya melestarikan tradisi kenduri jeurat. Para influencer dan tokoh muda Aceh diharapkan dapat turut serta dalam menperkenalkan kebudayaan ini kepada generasi milenial dan Gen Z.
“Kita menyaksikan langsung tadi bagaimana kekompakan masyarakat Gampong Rayeuk Paya Itek dalam melestarikan budaya. Kita berharap ke depan warisan ini terus dipertahankan,” tutupnya.
Kenduri jeurat adalah bagian dari identitas dan warisan budaya Aceh yang berharga. Melestarikannya berarti menjaga warisan leluhur dan menguatkan ikatan sosial dalam masyarakat. Semoga dengan kesadaran dan usaha bersama, tradisi ini dapat terus hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.