Aceh Utara – Sebuah momen mengharukan dan bahagia melanda Dusun Sarah Raja ketika kepala dusun, Zulkifli, dengan penuh rasa terharu, tak mampu menahan tangisnya dalam sambutan yang disampaikannya, di hadapan Forkopimda Aceh Utara yang berlangsung di sebuah balai konstruksi kayu, di dusun setempat, Jumat, (4/8/2023).
Kunjungan istimewa Forkompinda ke Dusun Sarah Raja ini tak lepas dari inisiasi Kapolres Aceh Utara, AKBP Deden Heksaputra, SIK. Langkah ini dimulai dengan pembangunan mushalla di wilayah ini, yang menjadi semangat baru bagi masyarakat setempat.
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh PJ Bupati Aceh Utara Dr. Mahyuzar, Zulkifli membagikan pengalaman pahit dari kehidupan di dusun Sarah Raja. Dalam momen tersebut, Zulkifli, dengan perasaan haru, menceritakan perjalanan hidup penuh perjuangan di Dusun Sarah Raja.
Dia tak pernah membayangkan bahwa suatu hari bisa merasakan momentum seperti ini, dimana dirinya dan masyarakatnya dapat bertemu dengan orang nomer satu di Pemkab Aceh Utara di Sarah Raja, setelah puluhan tahun berjuang dan menghadapi berbagai kesulitan di dusun mereka.
“Saya pinginnya ditampar sekali hari ini pak, apakah saya bermimpi di dusun Sarah raja bisa seperti ini, sudah puluhan tahun kami berusaha payah menelan derita di dusun Sarah raja” ucap Zulkifli dengan suara bergetar menahan rasa haru.
Kehidupan di Dusun Sarah Raja tak selalu mudah. Zulkifli menjelaskan, mereka selalu merasa khawatir saat harus menggunakan transportasi seperti boat atau sepeda motor, terutama dalam kondisi ekstrim seperti tanjakan curam, atau arus sungai yang deras. “Setiap harinya, kami berharap bisa sampai ke tujuan dengan selamat, melewati jalan yang sulit,” ungkapnya.
Zulkifli juga berbagi kisah pilu ketika mereka berbelanja ke tanah merah. “Terkadang, hujan datang tiba-tiba dan membuat kami terjebak di tengah jalan. Kami tak bisa melanjutkan perjalanan ke depan maupun ke belakang. Akhirnya, kami terpaksa menginap di sana dan meninggalkan sepeda motor kami. Namun, kejadian yang paling menyedihkan adalah saat seekor gajah menghancurkan sepeda motor kami,” paparnya.
Dulu, jumlah penduduk di Dusun Sarah Raja mencapai lebih dari 50 kepala keluarga pada tahun 2014. Namun, serangan gajah telah menghancurkan rumah dan perkebunan mereka, mendorong mereka untuk berpindah tempat demi pendidikan anak-anak mereka. “Ketika mereka pindah, kebun-kebun dihancurkan oleh gajah-gajah,” ungkap Zulkifli dengan sedih.
Zulkifli menuturkan perjalanan panjang mereka sejak tahun 2002. Meskipun menghadapi berbagai rintangan, mereka tetap berusaha untuk membangun kembali kehidupan mereka. “Kami ingin memiliki potensi seperti peternakan atau usaha lain untuk memajukan dusun kami. Namun, kami tidak tahu harus memulai dari mana,” jelasnya.
Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh masyarakat Dusun Sarah Raja adalah akses jalan. “Kami merasa kesulitan untuk mengangkut hasil pertanian kami ke tempat lain. Melalui boat, terkadang hasil pertanian basah dan rusak,” ungkap Zulkifli. Ia juga berbagi pengalaman saat menanam jagung dengan harapan besar, namun hasilnya tidak sebanding dengan usaha yang diberikan.
Dalam hal pendidikan, Zulkifli menyampaikan keprihatinan karena minimnya akses pendidikan di dusun mereka. “Kalau bapak ingin tau di sini ada ngak yang tamatan SMA, jangankan SMA, tamatan SMP aja ngak ada di sini pak, semuanya putus sekolah, adapun pendidikan yang ada di sini hanya tingkat PAUD, itu program pak camat beserta pak Munir,” ungkap Kadus.
Kata dia, setelah tamat Paud anak-anak sarah raja harus menyeberang sungai untuk bersekolah di kabupaten Aceh Timur untuk mendapat pendidikan dasar “Harapan kami seperti jembatan dua kabupaten untuk penghubung segera dapat kami manfaatkan pak.”
Zulkifli juga menggarisbawahi pentingnya akses kesehatan yang lebih baik. Ia menceritakan pengalaman mengerikan seorang ibu hamil mengalami pendarahan di tengah malam dengan kondisi yang memprihatinkan.
“Saya membuka suara hari ini dan memohon agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Ibu yang melahirkan harus diangkut tengah malam menggunakan perahu, pendarahan terjadi di dalam perahu sehingga air di dalamnya berubah menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada malam hari sekitar pukul 3 dini hari. Jika kami mencoba membawa melalui jalur darat, aksesnya belum memungkinkan, sehingga kami terpaksa menggunakan perahu. Sayangnya, dalam beberapa kasus, nyawa sudah hilang sebelum kami tiba di mobil. Inilah pengalaman yang kami alami,” ungkap Zulkifli sambil menahan tangisan.
Lanjut dia, sedihnya saya, belum bisa menyaksikan hari ini, mereka telah pergi terlebih dahulu, Ini yang membuat saya bersedih, namun itu adalah keputusan dari Yang Maha Kuasa. Sudah saatnya panggilan dari Allah. “Alhamdulillah, di sini telah hadir Ibu Bidan Ayu sekitar setahun yang lalu yang membantu mengatasi masalah kesehatan,” ungkapnya.
Pada akhirnya, Zulkifli mengakhiri ceritanya dengan menyampaikan permasalahan air bersih dan kebiasaan mereka mengonsumsi air alur sungai, meskipun kualitas airnya dipengaruhi oleh kotoran gajah.
“Di sini musim gajah liar, pada waktu siang mandinya di sungai, kotorannya hanyut ke bawah, padahal di situ kami mandi. Saya pernah mengikrarkan ini mejadi pepatah, di situ kami mandi, di situ kami membuang hadas, dan di situ kami mengkonsumsi air di dusun Sarah Raja,” tutupnya.
Ia berharap ada dukungan lebih lanjut untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Dusun Sarah Raja. Meskipun telah mengalami banyak kesulitan, semangat dan harapan untuk memajukan dusun mereka tetap menggelora, menanti sejahtera di Dusun Sarah Raja.[]
Ikuti notula.news di Google Berita untuk update informasi lebih mudah dan nyaman. Klik di sini