Aceh Utara – Marwan Fahrial, bersama isteri dan lima orang anak di Gampong Ceubrek Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara, tinggal di rumah berukuran 3 × 5 layaknya gubuk reot dengan kondisi sangat memprihatinkan.
Mereka menempati rumah tersebut semenjak sembilan tahun lalu. Sebelumnya ia bersama keluarga numpang tinggal di rumah saudara dalam kurun waktu lebih dari tiga tahun.
Saat ditemui notula.news, di kediamannya, Selasa, (6/6/2023), istri Marwan, Zulfi Khairiayani, (40), ditemani tiga anaknya yang masih kecil mengungkapkan, bagaimana pahit dan getirnya kehidupan yang mereka alami sambil berlinang air mata.
“Abang sudah berangkat ke Banda Aceh sepuluh hari yang lalu, di sana bekerja sebagai kernet buruh bangunan, ia pulang ke sini sebulan sekali, kadang juga lebih, tergantung dari uang yang didapatkan,” ucap Zulfi.
Dituturkannya, untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka sangat susah, anaknya yang pertama dan kedua sedang mengenyam pendidikan di Dayah, dua orang lagi masih Sekolah Dasar (SD), sedangkan yang bungsu tahun ini masuk TK.
“Anak-anak butuh biaya untuk pendidikan, sehingga beban hidup semakin hari semakin besar,” sebutnya.
Keadaan ini, kata Zulfi, diperparah lagi dengan kondisi anak pertamanya yang sering sakit-sakitan dan hampir setiap bulan masuk rumah sakit diopname.
“Jangankan untuk membangun rumah, untuk biaya hidup dan sekolah anak aja susah, bagi kami tidak ada pilihan lain selain sabar, walau kondisi tempat yang kami naungi seperti ini.”
Tampak kondisi rumah tidak ada bagian yang sempurna, beratapkan daun Rumbia sudah mulai bocor, berdinding tepas dari anyaman bambu sudah lapuk tampak bolong hampir di seluruh bagian, hanya ada satu unit pintu dan satu jendela, berlantaikan semen kasar yang sudah pecah di sana sini, tidak ada kamar mandi, hanya ada satu kamar tidur berdindingkan plastik dan dapur berukuran 1’5 × 3 meter.
Ia menuturkan, ketika hujan tiba, mereka harus mencari tempat yang aman dari tempias rinai yang masuk dari dinding-dinding rusak, “Bila hujan kami harus mencari baskom untuk menampung air dan berlindung di tempat yang aman dari rinai,” tuturnya.
Kata Zulfi, bahwa gubuk yang ia tempati saat ini berdiri di atas tanah bukan milik pribadi, Ia hanya bisa pasrah menerima pahit getirnya kehidupan ekonomi dengan sejuta pengharapan. Namun, ia mengatakan, jika ada pihak yang membantu untuk membangun rumah, tanah tersedia.
“Saya berharap ada tempat tinggal layak huni seperti orang lainnya, karna anak-anak sudah mulai besar dan juga ramai. Insya Allah tanah untuk membangun rumah ada dikasih sama orang tua suami,” kata dia.
Zulfi mengaku, sebelumnya mereka pernah mengajukan permohonan bantuan rumah ke Baitul Mal Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2020, namun hingga saat ini belum ada realisasi, entah apa penyebabnya.
“Setelah mengajukan permohonan bantuan rumah, ada tim datang melakukan survey, tapi saya tidak tau apa itu dari Bapeda atau dari Baitul Mal, karena selain ke Baitul Mal, kami juga pernah mengajukan permohonan ke Bapeda, tapi hingga saat ini belum ada kabar,” tutup Zulfi.[]
Ikuti notula.news di Google Berita untuk update informasi lebih mudah dan nyaman. Klik di sini