Lhokseumawe – Azhari ST MSM kembali mengisi Seminar Entrepreneur yang kali ini digelar oleh Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) BKM Al-Kautar Fakulas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Malikussaleh. Acara tersebut digelar Sabtu, 8 Juni 2024 dalam rangkat HUT ke 10 LDF BKM Al-Kautsar di Komplek Kampus Bukit Indah Unimal, Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Bang Azhari, menjadi pemateri tunggal dalam seminar yang mengangkat tajuk “Generasi yang berkarakter Islami, berprestasi, unggul dalam intelektual menuju Indonesia Emas 2045.”
Seminar itu diikuti oleh mahasiswa FEB terutama pengurus LDF BKM Al-Kautsar Unimal. Amatan Notula.news, tampak mahasiswa menyimak paparan Bang Azhari yang mencoba membawa suasana seminar menjadi lebih santai.
“Kalau kita buat seminar ini rasanya terlalu berat, karena kita udah sibuk dengan kegiatan kuliah sehari-hari. Bagaimana kalau kita buat jadi saling sharing saja ? Setuju ?” tanya Bang Azhari membuka materi seminar usai dipersilakan moderator. Mahasiswa kompak menjawab setuju sehingga seminar menjadi lebih tampak akrab.
Bang Azhari menyampaikan beberapa hal penting terkait menjadi seorang entrepreneur. Termasuk mengapa orang Indonesia sangat sulit menjadi pengusaha. Ia mengatakan, sejak alam rahim, kita telah dipersiapkan menjadi pekerja.
“Sehingga usai kuliah, kita berlomba mencari pekerjaan. Bukan menciptakan lapangan pekerjaan.” jelas Bang Azhari.
Bang Azhari mengajak peserta seminar untuk menjawab beberapa pertanyaannya terkait mengapa Indonesia masih dikatakan negara berkembang, yang dijawab oleh beberapa mahasiswa secara antusias.
“Indonesia saat ini masih memiliki 2 persen pengusaha dari jumlah penduduk, sedangkan negara tetangga seperti Malaysia sudah 4 persen, Singapore 7 persen. Sementara Amerika Serikat sudah 12 persen, dan yang paling tinggi di dunia adalah China adalah hingga 24 persen. Sehingga di China ada istilah di mereka (China) one home one CEO,” jelasnya.
Penyebab kedua saat ini mengapa kita susah menjadi penguasa ialah karena sejak kecil kita lebih sering menggunakan otak kiri. Sejak kecil, katanya, kita selalu mengejar rangking dan IPK.
“Kita terus mengejar IPK di kampus, tapi kita jarang mengejar IPK yang lain yang juga lebih penting. Yaitu Indeks Pendapatan Kumulatif,” jelasnya. “Kita lebih mementingkan nilai-nilai daripada kita menggunakan otak kanan kita,” tambahnya.
Saat orang lebih dominan menggunakan otak kiri yang lebih untuk menghitung, menganalisis, padahal hanya membantu kesuksesan seseorang 20 persen saja. Jarang menggunakan otak kanan yang lebih ‘fleksibel’, sebutnya. “Kalau kita gunakan otak kanan, maka kita juga ikut menggunakan kecerdasan emosional kita,” jelas Bang Azhari.
“Jadi jangan heran, kalau ada teman-teman dulu yang ‘lasak’ saat sekolah, nanti menjadi lebih sukses,” tambahnya.
Bang Azhari juga mengingatkan mahasiswa bila ada masalah, agar tidak lari dari kenyataan agar tidak terjebak dengan hal negatif. Ia mengingatkan agar mahasiswa terus menjadi agen perubahan. Hal itu dapat dimulai dari membangun mimpi.
“Bought some people dream to change reality. Orang-orang membawa mimpi untuk mengubah keadaan,” ajak sang CEO Vinca Rosea itu. “Dengan menjadi entreprenuer atau pengusaha, kita dapat mengubah hidup,” pintanya.
Ditanyai oleh mahasiswa terkait tips kesuksesan dari Bang Azhari, ia menguraikan beberapa hal. “Orang bisnis itu berani mengambil risiko, Berbisnis itu yang bermanfaat, terutama di sekitar kita, itu yang kita tekuni. Saat memulai, kita mulai dengan niat, lalu bertindak, dilanjutkan dengan berguru,” jelas Bang Azhari.
“Dengan jujur saya jawab, kesuksesan yang saya dapat (dalam bisnis) adalah rahmat dari Rabb (Tuhan). Karena Allah lebih sayang pada saya. Saya bukan orang yang pintar, atau ilmu saya banyak,” pungkasnya.
Ikuti notula.news di Google Berita untuk update informasi lebih mudah dan nyaman. Klik di sini