News  

‘Israel Bantai Warga Gaza Demi Tutupi Kekalahan’

Riza
Ismail Haniyeh
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh (Getty Images)

Gaza City – Pemimpin kelompok Hamas, Ismail Haniyeh, menuduh Israel melakukan ‘pembantaian’ dalam perang di Jalur Gaza demi menutupi ‘kekalahan’ mereka sendiri. Hainyeh juga menegaskan tidak akan ada stabilitas kawasan hingga warga Palestina mendapatkan ‘kebebasan’ dan ‘kemerdekaan’ mereka.

Dalam pernyataannya, Haniyeh menyalahkan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas perang yang terus berkecamuk di daerah kantong Palestina tersebut.

Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (2/11/2023), Haniyeh menuding Israel telah ‘melakukan pembantaian biadab terhadap warga sipil yang tidak bersenjata’. Hamas yang dipimpin Haniyeh mendalangi serangan terhadap Israel pada awal Oktober hingga memicu perang terbaru di Jalur Gaza.

“Kejahatan mereka tidak akan menyelamatkan mereka dari kekalahan besar,” sebut Haniyeh dalam pidato terbaru yang ditayangkan Al Jazeera pada Rabu (1/11) waktu setempat.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan pada Rabu (1/11) waktu setempat bahwa sedikitnya 8.796 orang tewas akibat serangan udara Israel selama tiga pekan terakhir. Angka itu mencakup sedikitnya 3.648 anak-anak dan 2.290 wanita.

Dalam laporannya, Kementerian Kesehatan Gaza juga menyebut sekitar 22.219 orang lainnya mengalami luka-luka akibat gempuran Israel.

Pengeboman Israel, ditambah operasi darat sejak pekan lalu, semakin menambah buruk situasi krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Israel melancarkan serangan-serangan itu untuk membalas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang.

Haniyeh, dalam pernyataannya, menegaskan tidak akan ada stabilitas regional kecuali warga Palestina mendapatkan ‘hak-hak sah atas kebebasan, kemerdekaan, dan kembalinya mereka’ ke wilayah Palestina — merujuk pada keturunan 760.000 warga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari rumah-rumah mereka saat terjadinya perang tahun 1948 yang menyertai terbentuknya negara Israel.
“Kawasan ini tidak akan aman atau stabil selama rakyat kita tidak mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan mereka, dan bisa kembali,” tegasnya.

Hamas Salahkan Netanyahu Atas Perang Gaza

Haniyeh yang mengasingkan diri ke Qatar ini menyalahkan Netanyahu atas perang yang berlangsung di Jalur Gaza selama lebih dari tiga pekan terakhir. Dia menyebut Netanyahu mengelilingi dirinya dengan koalisi sayap kanan ‘untuk mengalihkan pandangan dunia dari kesalahannya’.

Dia mengatakan bahwa menjelang serangan 7 Oktober lalu, Hamas telah melontarkan peringatan soal Netanyahu dan ‘pemerintahan fasisnya’ yang akan melanjutkan ‘kebijakan kontroversial mereka’.

Netanyahu mulai menjabat kembali sebagai PM Israel pada akhir tahun lalu, setelah memimpin koalisi pemerintahan yang beranggotakan para menteri beraliran sayap ekstrem kanan yang tinggal di permukiman Yahudi di Tepi Barat, yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.

Dalam pernyataannya, Haniyeh juga menyinggung soal perluasan permukiman Israel di Tepi Barat, tindak kekerasan oleh para pemukim Yahudi, dan serangan terhadap tempat-tempat suci, termasuk Masjid Al-Aqsa yang ada di Yerusalem Timur.

Disebutkan oleh Haniyeh dalam pernyataannya bahwa Israel saat ini berada dalam situasi berbahaya di Jalur Gaza. Dia menyebut bahwa para sandera yang dibawa Hamas ke Jalur Gaza menjadi target pengeboman yang sama oleh Israel, seperti warga sipil Palestina.

“Yang terbaru adalah korban pembantaian Jabalia,” cetusnya, seperti dilansir Al Jazeera.

Dia merujuk pada serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza bagian utara pada Selasa (31/10) dan Rabu (1/11) waktu setempat. Otoritas Gaza melaporkan sedikitnya 195 orang dikonfirmasi tewas, 120 orang lainnya hilang dan 777 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan di kamp tersebut.

Hamas mengklaim tujuh sandera ikut tewas dalam gempuran Israel di kamp pengungsi Jabalia, dengan tiga orang di antaranya merupakan pemegang paspor asing, namun asal kewarganegaraannya tidak disebutkan lebih lanjut. Klaim-klaim Hamas ini belum bisa diverifikasi kebenarannya secara independen.

Sumber : Detik.com

Ikuti notula.news di Google Berita untuk update informasi lebih mudah dan nyaman. Klik di sini

Jasa Buat Web by Altekno Digital Multimedia