Indeks
News  

Terkait dengan Gajah Liar Merusak Lahan Pertanian, Masyarakat Minta Tindakan Serius dari Pemerintah

Meteran Listrik yang di rusak kawanan gajah liar di Gampong Blang Pante Paya Bakong, (Foto: Notula/ Zamanhuri)

Aceh Utara – Masyarakat tani di Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara, menghadapi tantangan serius akibat kerusakan lahan pertanian yang disebabkan oleh kawanan gajah liar. Terutama di kawasan Alue Kajeung, Dusun Pante Kiro, Gampong Blang Pante, gajah-gajah tersebut telah merusak tanaman dan kebun milik warga.

Usman, Mukim Pante Bahagia, Senin, (21/8/2023), menyampaikan kegelisahan warga tentang situasi ini, selama tiga bulan terakhir gajah-gajah ini telah mengakibatkan kerusakan yang signifikan dan belum ada solusi yang ditemukan. “Kami sangat berharap pemerintah kabupaten memberikan tanggapan serius terhadap kami sebagai korban di Gampong Blang Pante,” sebut Usman.

Ia juga berharap pemerintah dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini, seperti memasang kawat kejut atau memindahkan gajah-gajah ini ke daerah terpencil agar tidak merusak tanaman warga. “Sebagaimana yang telah kami mohon kemarin, sebagai solusi memasang kawat kejut, ataupun kita alokasikan gajah ke tempat yang terasing daripada masyarakat,” ungkapnya.

Menurut dia, para petani selama ini sangat berharap petugas dari Conservation Response Unit (CRU) akan selalu mendampingi saat gajah masuk ke wilayah perkebunan mereka. Namun, sayangnya, respons dari CRU terbilang minim, yang membuat mereka merasa panik.

Kebun yang di rusak kawanan gajah liar di Gampong Blang Pante Paya Bakong, (Foto: Notula/ Zamanhuri)

“Kami sekarang sudah panik, bahkan kami kini menganggap satwa liar ini sebagai hama, bukan lagi sebagai satwa yang dilindungi oleh negara. Karena pihak-pihak yang bertanggung jawab jarang sekali memberikan perhatian ketika satwa masuk ke dalam lokasi kebun kami,” ujar Usman.

Kata dia, selama ini pihak-pihak yang seharusnya mengurus satwa liar ini terkesan tidak begitu peduli, hanya ada dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), yang terlibat aktif dan memberi bantuan berupa mercon (alat kejut). Namun, langkah yang telah diambil untuk menangani masalah ini dengan menggunakan mercon sudah tidak efektif lagi, gajah-gajah ini tidak lagi merasa terganggu, bahkan ada yang berani mengejar mereka kembali. Satu warga bahkan terpaksa naik pohon dari pukul 8 malam hingga pukul 8 pagi karena dikejar oleh gajah.

“Kami mendesak kepada pemerintah, terutama pemerintah daerah, harus betul-betul serius dalam menanggapi masalah konflik antara gajah dengan kami, kalau tidak jangan salahkan kami, dan bilamana terjadi sesuatu hal, baik terjadinya diantara satwa liar ataupun terjadi kepada pihak kami, maka kami akan mempertanggung jawabkan,” tegas Usman.

Kawanan gajah liar ini diketahui telah mengganggu sejumlah daerah, termasuk Alue Lhok, Alue Buket Pidie, Blang Mane, Peureupok, dan Blang Pante. Mereka bergerak dalam pola bolak-balik, mengakibatkan kerusakan pada ratusan hektar lahan pertanian. Masyarakat tani berharap pemerintah dapat segera mengambil tindakan preventif untuk mengatasi masalah ini dan menjaga keseimbangan antara manusia dan satwa liar yang hidup di sekitar mereka.[]

Penulis : Zamanhuri
Exit mobile version