Pada era tahun 80-an, anak-anak Gampong di Aceh sering mengisi waktu bermain dengan permainan tradisional bernama “syok.” Namun, sayangnya, permainan yang pernah populer ini kini telah menghilang dari kehidupan anak-anak.
Syok adalah alat penumbuk yang terbuat dari buluh bambu dengan kayu bulat lonjong sebagai penumbuknya. Alat ini memiliki panjang sekitar 30 cm hingga 40 cm, dengan ukuran diameter buluh bambu yang beragam, tergantung kenyamanan pemakai saat memegangnya.
Penumbuk (alu) yang digunakan adalah kayu bulat dan lurus, dengan panjang yang disesuaikan dengan panjang buluh bambu. Ukuran diameter alu biasanya berkisar antara 2 cm hingga 5 cm, tergantung pada keinginan pengguna.
Anak-anak menggunakan syok untuk menumbuk berbagai makanan yang mereka temukan dari alam, seperti Rumbia, Cermai, Jambu Putik, Mangga Muda, dan lain sebagainya. Bahkan, mereka juga menggunakan syok untuk menumbuk buah-buahan yang biasanya dimakan burung di pinggir hutan, seperti Boeh Teumeureu dan Boeh Gunci. Sebuah cara yang kreatif untuk membuat rujak versi anak-anak.
Setiap kali bermain, anak-anak menyelipkan syok di pinggang mereka dan membawa cabai rawit, garam, asam Sunti, dan gula pasir dalam plastik sebagai bumbu untuk makanan yang akan mereka tumbuk.
Penggunaan berbagai bumbu ini disesuaikan dengan apa yang ingin mereka tumbuk, sehingga menghasilkan rasa yang enak, segar, dan tentunya sehat. Tak jarang pemandangan mereka saat bermain membuat orang lain tergoda untuk ikut mencicipi hasil karyanya.
Sayangnya, pada pertengahan tahun 90-an, permainan syok mulai meredup dan akhirnya menghilang dari kehidupan anak-anak Gampong di Aceh. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya cemilan pabrikan yang masuk ke pasar, yang tentunya mengandung pengawet dan perasa buatan. Permainan tradisional ini pun kalah bersaing dengan gencarnya promosi produk-produk modern yang lebih praktis dan instan.
Generasi anak-anak saat ini tidak lagi mengenal permainan syok, dan keberadaannya hanya tersisa dalam kenangan para orang tua dan kalangan tua di Aceh. Perubahan gaya hidup dan perkembangan teknologi telah menggeser tradisi bermain anak-anak yang pernah melekat kuat dalam budaya lokal.
Kehilangan permainan syok mengajarkan kita tentang pentingnya melestarikan tradisi dan budaya lokal, sekaligus mengenalkan nilai-nilai sehat dari alam. Semoga permainan tradisional seperti syok dapat kembali dihidupkan dan dilestarikan, sehingga generasi muda dapat mengenali dan menghargai warisan budaya dari masa lalu. []
Ikuti notula.news di Google Berita untuk update informasi lebih mudah dan nyaman. Klik di sini