6 Model Komunikasi dalam Konteks Akademis

Riza
Ilustrasi komunikasi (iStock)

Komunikasi adalah aktivitas yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia selalu berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Tanpa adanya komunikasi, interaksi manusia tidak akan terjadi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana cara komunikasi terjadi dan bagaimana komunikasi dapat dilakukan dengan efektif. Salah satu cara untuk memahami bagaimana komunikasi terjadi adalah melalui mempelajari model-model komunikasi. Artikel ini akan membahas beberapa model komunikasi yang sering digunakan dalam konteks akademis.

1. Model Komunikasi Linear

Model komunikasi linear merupakan model yang paling sederhana dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Model ini memiliki empat unsur utama: pengirim, pesan, saluran, dan penerima. Dalam model ini, pengirim mengirimkan pesan melalui saluran ke penerima tanpa ada interaksi balik. Model ini mengasumsikan bahwa pesan yang dikirimkan dapat diterima dengan mudah dan diinterpretasikan dengan benar oleh penerima.

Namun, model ini memiliki beberapa kelemahan, seperti tidak mempertimbangkan pengaruh faktor-faktor psikologis dan sosial dalam proses komunikasi, dan tidak memperhitungkan bahwa penerima dapat memberikan umpan balik dan mempengaruhi cara pesan diterima.

2. Model Komunikasi Interaksional

Model ini mengasumsikan bahwa komunikasi melibatkan interaksi antara pengirim dan penerima. Dalam model ini, pesan dikirim dari pengirim ke penerima, dan penerima memberikan umpan balik. Umpan balik tersebut dapat berupa verbal atau non-verbal. Komunikasi interaksional lebih kompleks daripada model komunikasi linear karena melibatkan interaksi antara pengirim dan penerima.

Baca juga :   Komunikasi Antarbudaya : Pentingnya di Era Globalisasi

Model ini memperhitungkan faktor-faktor psikologis dan sosial dalam proses komunikasi. Namun, model ini masih mengasumsikan bahwa komunikasi hanya terjadi antara dua orang dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti konteks, budaya, dan media.

3. Model Komunikasi Transaksional

Model komunikasi transaksional mengasumsikan bahwa komunikasi adalah proses timbal balik di antara dua orang atau lebih. Dalam model ini, pesan dikirimkan dari pengirim ke penerima dan penerima memberikan umpan balik. Namun, model ini juga mengasumsikan bahwa pesan yang diterima oleh penerima dapat mempengaruhi cara penerima mengirimkan pesan selanjutnya.

Model ini mempertimbangkan faktor-faktor konteks, budaya, dan media dalam proses komunikasi. Namun, model ini masih memiliki beberapa kelemahan, seperti kurangnya perhatian terhadap peran kekuatan dan hierarki dalam komunikasi, serta kurangnya perhatian terhadap peran faktor-faktor sosial seperti gender, ras, dan kelas sosial dalam proses komunikasi.

4. Model Komunikasi Konstruktivis

Model komunikasi konstruktivis mengasumsikan bahwa makna dan pemahaman diproduksi oleh individu dan tidak tergantung pada pesan itu sendiri. Dalam model ini, komuniksi konstruktivis mengasumsikan bahwa pesan tidak memiliki makna baku, tetapi memiliki makna yang diproduksi oleh individu dalam proses komunikasi.

Model ini lebih memperhatikan peran individu dan pengalaman mereka dalam proses komunikasi. Model ini mengasumsikan bahwa pesan dan makna yang diterima oleh penerima dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, model ini lebih memperhatikan konteks dan kompleksitas individu dalam proses komunikasi.

Baca juga :   7 Variabel dalam Komunikasi yang Harus Diketahui

5. Model Komunikasi Sosial Konstruktivis

Model ini merupakan pengembangan dari model komunikasi konstruktivis. Model ini mengasumsikan bahwa makna dan pemahaman dalam proses komunikasi diproduksi oleh individu dan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti budaya, nilai, dan norma yang berlaku di masyarakat.

Model ini memperhatikan peran faktor-faktor sosial dalam proses komunikasi, sehingga lebih memperhatikan konteks dan kompleksitas dalam proses komunikasi. Model ini mengasumsikan bahwa pesan dan makna yang diproduksi dalam proses komunikasi selalu terbentuk dan berkembang dalam konteks sosial yang kompleks.

6. Model Komunikasi Kritis

Model komunikasi kritis mengasumsikan bahwa komunikasi bukanlah proses yang netral dan objektif, tetapi selalu terjadi dalam konteks kekuasaan dan dominasi. Dalam model ini, komunikasi digunakan oleh individu atau kelompok tertentu untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan atau dominasi terhadap kelompok lain.

Model ini memperhatikan peran kekuasaan dan dominasi dalam proses komunikasi. Model ini juga memperhatikan peran media massa dalam proses komunikasi dan dampaknya terhadap kekuasaan dan dominasi. Model ini menekankan pentingnya kritis dan analisis terhadap media massa dan pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa.

Kesimpulan

Model-model komunikasi merupakan kerangka kerja yang membantu kita memahami bagaimana komunikasi terjadi. Model-model ini digunakan untuk menganalisis dan mempelajari proses komunikasi dalam berbagai konteks. Model-model ini memperhatikan faktor-faktor yang berbeda dalam proses komunikasi seperti faktor psikologis, sosial, dan konteks.

Namun, model-model ini memiliki kelemahan dan batasan dalam memahami proses komunikasi. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan model-model ini dengan hati-hati dan kritis, serta mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti konteks sosial, budaya, dan media. Dengan memahami model-model komunikasi ini, kita dapat meningkatkan keterampilan komunikasi kita dan memahami proses komunikasi secara lebih efektif.

Ikuti notula.news di Google Berita untuk update informasi lebih mudah dan nyaman. Klik di sini

Jasa Buat Web by Altekno Digital Multimedia