Aceh Utara – Pemerintah Aceh Utara menyampaikan kondisi terkini bencana banjir yang terus meluas di wilayah tersebut. Juru Bicara Pemerintah Aceh Utara, Muntasir Ramli, mengatakan banjir terjadi akibat kedangkalan sungai, curah hujan tinggi selama lima hari berturut turut, serta jebolnya tebing sungai di sejumlah titik.
Ia menjelaskan tebing Krueng Pase di Kecamatan Samudera dan Krueng Peuto di Lhoksukon mengalami kerusakan. Sungai Krueng Keureuto di Paya Bakong, Krueng Jambo Aye, dan Krueng Sawang juga meluap. Kondisi itu menyebabkan air dengan cepat menggenangi pemukiman, fasilitas publik, hingga infrastruktur utama.
Muntasir Ramli mengatakan banjir mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana, fasilitas umum, serta rumah penduduk. Ia menyebut aktivitas pemerintahan lumpuh total. Jaringan komunikasi di banyak wilayah padam. Transportasi di lintas nasional, kabupaten, kecamatan, dan desa terhenti karena jalan tidak dapat dilalui. Listrik padam dan penyaluran air bersih terhambat akibat pipa PDAM rusak diterjang banjir.
Ia menyebut daerah terisolasi semakin bertambah. Langkahan, Kuta Makmur, Samudera, Meurah Mulia, Sawang, Muara Batu, Nisam, Lapang, Geureudong Pase, Pirak Timu, Matang Kuli, Paya Bakong, Nibong, Tanah Luas, Tanah Jambo Aye, Seunuddon, Dewantara, Lhoksukon, Baktia, Cot Girek, Syamtalira Bayu, dan Simpang Kramat masih sulit dijangkau.
Menurut Muntasir, memasuki hari ketiga status tanggap darurat, masih banyak warga yang belum bisa dievakuasi karena keterbatasan personel dan peralatan SAR. Sementara itu, persediaan logistik semakin menipis. Ia mengatakan Bupati Aceh Utara sudah mengajukan permohonan bantuan kepada Presiden melalui BNPB. Penyaluran logistik terhambat karena akses darat terputus oleh genangan air.
Bupati Aceh Utara Ismail A Jalil telah menetapkan status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Banjir pada Selasa 25 November 2025.
BPBD Aceh Utara melaporkan data sementara pada Kamis 27 November 2025 pukul 10.30 WIB. Sebanyak 17.741 kepala keluarga atau 46.830 jiwa terdampak banjir. Jumlah pengungsi mencapai 14.713 kepala keluarga atau 44.350 jiwa. Lokasi pengungsian tersebar di 35 titik di 19 kecamatan. Pengungsi prioritas mencakup 64 ibu hamil, 490 balita, 526 lansia, dan 12 penyandang disabilitas.
Muntasir Ramli mengatakan kebutuhan mendesak saat ini mencakup tim SAR untuk evakuasi warga yang masih terjebak di wilayah terisolasi. Bantuan logistik masa panik dibutuhkan untuk pengungsi, terutama kelompok rentan seperti perempuan, anak anak, ibu hamil, balita, lansia, dan penyandang disabilitas. Transportasi air diperlukan untuk mengirimkan bantuan ke titik pengungsian. Pemulihan saluran komunikasi, listrik, dan air bersih juga menjadi prioritas. Ia menambahkan alat berat dibutuhkan untuk normalisasi aliran air.
Pemerintah Aceh Utara berharap bantuan segera tiba agar evakuasi, penanganan, dan distribusi logistik bisa berjalan lebih efektif.








