Lhokseumawe – Bencana banjir melanda wilayah Kabupaten Aceh Utara dan kota Kota Lhokseumawe sejak akhir pekan lalu, akibat curah hujan tinggi, pendangkalan sungai dan muara, serta luapan air sungai. Pemerintah daerah telah menetapkan status siaga bencana banjir, dan terus melakukan evakuasi serta pendampingan warga terdampak.
Hujan ekstrem yang mengguyur wilayah Kota Lhokseumawe dan sekitarnya sejak Jumat, 21 November 2025, kembali memuncak pada Selasa pagi (25/11). Hingga berita ini diterbitkan, intensitas hujan masih sangat tinggi dan menyebabkan banjir meluas di sejumlah titik, termasuk kawasan pemukiman dan pusat kota. Sejumlah wilayah seperti Cot Girek, Meunasah Manyang Kandang dan sekitarnya menjadi lokasi yang terdampak.
Di daerah itu, ketinggian air dilaporkan mencapai sepinggang orang dewasa di beberapa titik, merendam rumah warga dan memaksa sebagian penduduk mengevakuasi barang berharga mereka ke tempat yang lebih tinggi. Tak hanya kawasan pemukiman, akses utama di wilayah perkotaan Lhokseumawe turut lumpuh. Genangan tinggi juga terjadi di jalan nasional depan Politeknik Negeri Lhokseumawe, yang menyebabkan arus lalu-lintas macet parah hingga tidak dapat dilalui kendaraan kecil.
Beberapa pengendara terpaksa memutar arah sementara sebagian lainnya terjebak dalam antrean panjang akibat derasnya aliran air yang menutupi badan jalan. Genangan air juga terlihat di ruas-ruas jalan utama lainnya, beberapa pertokoan, serta perumahan warga. Aktivitas masyarakat terpantau sangat terbatas akibat arus air yang deras dan tingginya curah hujan.
Aceh Utara Siaga Bajir
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara resmi menetapkan status siaga bencana banjir melalui surat keputusan yang ditandatangani oleh Bupati H. Ismail A. Jalil, MM pada Ahad, 23 November 2025. Pada hari yang sama, Bupati mengunjungi sejumlah lokasi terdampak dan langsung menyalurkan bantuan masa panik kepada warga.
Pada Senin, 24 November 2025, banjir sudah meluas ke delapan kecamatan yaitu Tanah Jambo Aye, Seuneddon, Baktia Barat, Langkahan, Samudera, Syamtalira Aron, Lapang, dan Muara Batu.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara per Senin, 24 November 2025 pukul 23.30 WIB, total warga terdampak mencapai 4.555 jiwa (2.723 KK). Dari jumlah tersebut, 1.754 jiwa (589 KK) mengungsi. Termasuk di dalamnya: ibu hamil 65 jiwa, balita 366 jiwa, lansia 154 jiwa, dan penyandang disabilitas 6 jiwa.
Kerusakan dan dampak material sangat besar: terendamnya permukiman, 616 hektare sawah, 555 tambak, infrastruktur publik seperti sekolah, perkantoran, rumah ibadah, dayah, serta sejumlah ruas jalan utama. Penyebab utama yang diidentifikasi antara lain luapan sungai, tingginya curah hujan, serta kondisi sungai dan muara yang mengalami pendangkalan serta aliran air yang tersumbat.
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara bersama BPBD dan instansi terkait terus melakukan koordinasi dan evakuasi. Bupati juga menginstruksikan tenaga kesehatan untuk melakukan pengecekan kondisi kesehatan para pengungsi secara skala besar—terutama ibu hamil, anak-anak, balita, lansia dan penyandang disabilitas.
Di samping kondisi lokal, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengeluarkan peringatan dini untuk wilayah Aceh. Peringatan menyebutkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
BMKG juga menyebut bahwa bibit siklon tropis 95B yang terbentuk di Selat Malaka berpotensi memicu cuaca ekstrem di Aceh Utara dan wilayah sekitarnya.
Dengan demikian, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan mematuhi arahan otoritas. Pastikan barang-barang penting berada di tempat aman, hindari pemukiman yang rawan luapan sungai atau banjir, dan bagi pengungsi, segera melapor ke posko terdekat serta perhatikan kesehatan terutama bagi kelompok rentan.
Juru Bicara Pemerintah Aceh Utara, Muntasir Ramli, mencatat: “Kita terus bergerak, melakukan evakuasi dan pendampingan. Prioritas kami saat ini menjaga keselamatan warga serta memulihkan akses dan layanan dasar.”








