Tradisi Meugang dalam Menyambut Ramadhan dan Hari Raya di Aceh

Riza
Daging meugang. (foto:bandaacehkota.go.id)

Tradisi Meugang adalah salah satu tradisi yang berasal dari masyarakat Aceh di Indonesia. Tradisi ini dilakukan pada hari raya Idul Adha atau hari raya kurban.

Meugang berasal dari bahasa Aceh yang berarti “memotong”. Oleh karena itu, tradisi meugang merujuk pada proses pemotongan hewan kurban seperti sapi, kambing, atau domba yang dilakukan oleh umat Muslim pada hari raya Idul Adha.

Selain pemotongan hewan kurban, tradisi meugang juga melibatkan kegiatan sosial seperti membagikan daging kurban kepada tetangga, saudara, teman, atau orang-orang yang membutuhkan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian sosial antar anggota masyarakat.

Selain itu, tradisi meugang juga sering dijadikan sebagai momen untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Makan bersama dengan hidangan khas Aceh seperti rendang, ketupat, sayur lodeh, dan hidangan lainnya juga menjadi bagian dari tradisi meugang.

Tradisi meugang menjadi bagian yang penting dalam budaya Aceh dan dianggap sebagai momen yang sangat berarti bagi masyarakat Aceh untuk menjalin hubungan sosial dan kebersamaan.

1. Daging Meugang

Daging Meugang adalah daging yang dipotong pada saat pelaksanaan tradisi Meugang yang dilakukan pada hari raya Idul Adha atau hari raya kurban. Daging Meugang berasal dari hewan kurban yang dipotong dan dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti tetangga, kerabat, sahabat, atau orang-orang yang kurang mampu.

Baca juga :   Catat ! Ini Hari Libur Awal Ramadhan 2024

Dalam tradisi Meugang, daging kurban yang telah dipotong kemudian dibersihkan dan dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan. Daging kurban yang sudah dipotong kemudian dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Dalam masyarakat Aceh, daging Meugang biasanya diolah menjadi hidangan khas Aceh seperti rendang, sate, gulai, atau berbagai jenis masakan lainnya. Daging Meugang biasanya dimasak dengan bumbu-bumbu rempah khas Aceh yang membuat masakan tersebut memiliki cita rasa yang khas dan unik.

Selain diolah menjadi hidangan untuk dikonsumsi secara langsung, daging Meugang juga sering dijadikan bahan untuk membuat makanan olahan seperti abon, dendeng, atau bakso. Daging Meugang juga dapat diolah menjadi makanan kaleng yang tahan lama untuk dikonsumsi di kemudian hari.

2. Hewan untuk Meugang

Hewan yang biasanya dipotong untuk daging Meugang adalah sapi, kambing, atau domba. Hewan-hewan ini dipilih karena dalam agama Islam, hewan-hewan ini termasuk jenis hewan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi dan dianjurkan untuk dipotong pada hari raya Idul Adha atau hari raya kurban.

Dalam tradisi Meugang, hewan kurban yang dipotong akan dibersihkan dan dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan, kemudian dagingnya dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti tetangga, kerabat, sahabat, atau orang-orang yang kurang mampu.

Baca juga :   Manfaat Zakat Fitrah dalam Syariah Islam bagi Lingkungan Sekitar

Dalam masyarakat Aceh, daging sapi, kambing, atau domba yang dipotong untuk daging Meugang biasanya diolah menjadi hidangan khas Aceh seperti rendang, sate, gulai, atau berbagai jenis masakan lainnya. Namun, jenis hidangan yang dihasilkan dari daging Meugang dapat bervariasi tergantung pada budaya dan kebiasaan masyarakat di setiap daerah di Indonesia.

3. Tradisi Ramadhan di Aceh

Selain tradisi Meugang, ada beberapa tradisi Ramadhan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat Aceh di luar ibadah wajib dan sunah. Berikut adalah beberapa contoh tradisi Ramadhan di Aceh:

Sahur On The Road, di Aceh, ada tradisi yang disebut “Sahur On The Road” yang dilakukan pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan. Masyarakat Aceh berbondong-bondong ke jalan-jalan di kota untuk makan sahur bersama-sama, dan menikmati suasana Ramadhan yang penuh kebersamaan.

Buka Puasa Bersama, Selama bulan Ramadhan, masyarakat Aceh juga sering mengadakan buka puasa bersama di masjid atau di tempat-tempat umum. Kegiatan ini menjadi momen untuk bersilaturahmi dan memperkuat tali persaudaraan antar sesama Muslim.

Pawai Takbir, pada malam hari Idul Fitri, masyarakat Aceh biasanya mengadakan pawai takbir. Pawai ini dilakukan dengan mengarak mobil hias yang dilengkapi dengan pernak-pernik meriah dan pengeras suara yang menyiarkan takbir.

Penulis : Riza Mirza

Ikuti notula.news di Google Berita untuk update informasi lebih mudah dan nyaman. Klik di sini

Jasa Buat Web by Altekno Digital Multimedia