Daftar Isi
1. Dari Pinggiran ke Panggung – Ketika Aceh Utara Bangkit
Aceh Utara – Selama bertahun-tahun, daerah ini dikenal dengan label yang sama: tertinggal, terabaikan, dan terdiam. Namun 100 hari terakhir mulai mengubah narasi itu. Di tangan Bupati H. Ismail A. Jalil, SE, MM—yang akrab disapa Ayahwa—Aceh Utara mulai menyalakan mesin kebangkitannya. Tak banyak bicara, tapi banyak bekerja. Tak gemar retorika, tapi mengalir nyata.
Ayahwa tak menunggu waktu lama. Baru hitungan hari setelah dilantik, ia mengarahkan Dinas PUPR untuk memulai rehabilitasi jalan rusak dan saluran irigasi di wilayah timur, tengah, dan barat. Bahkan dengan tekanan efisiensi anggaran nasional, ia memilih skema swakelola untuk memastikan pekerjaan tetap berjalan.
“Kita lakukan ini demi kebutuhan dan kelancaran perekonomian rakyat,” ujar Musriadi, ST, Kabid Pemeliharaan dan Alat Berat.
Salah satu proyek kunci adalah pintu air Kurung Pase, yang telah bertahun-tahun rusak dan menjadi momok bagi petani. Kini, pintu air tersebut nyaris rampung dan siap kembali mengairi lahan pertanian.
Langkah ini bukan sekadar proyek fisik. Ini tentang memulihkan harga diri rakyat yang terputus aksesnya, yang terjebak dalam banjir saat musim hujan, dan lumpuh saat kering.
1.1 Air untuk Kehidupan: Rp54,5 Miliar Demi Rakyat Miskin
Tak lama berselang, Ayahwa menyambut Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, dan langsung menyampaikan proposal bantuan sebesar Rp54,5 miliar. Tujuannya: meningkatkan kapasitas IPA (Instalasi Pengolahan Air) dari 20 menjadi 70 liter per detik untuk melayani 6.000 rumah tangga miskin di Langkahan, Tanah Jambo Aye, Seunuddon, dan Baktiya.
“Kualitas air bersih menjadi salah satu tugas berat saya selama lima tahun ke depan,” ucap Ayahwa.
Bantuan itu tak hanya untuk kebutuhan air. Ayahwa ingin Perumda Tirta Pase menjadi unit bisnis yang mandiri dan menyumbang pendapatan asli daerah (PAD).
“Jangan ada lagi air keruh yang sampai ke rumah rakyat. Bisnis ya bisnis. Wajib bagus agar rakyat mau berlangganan,” tegasnya.
1.2 Langkah Cepat, Birokrasi Ringan
Di sektor pemerintahan, Ayahwa mengambil langkah strategis dengan melantik 49 pejabat dalam berbagai level. Mulai dari camat hingga kepala bagian di SKPK.
“Pengisian jabatan hari ini didasarkan pada kebutuhan organisasi yang dinamis,” ujar Wabup Tarmizi mewakili Ayahwa saat pelantikan.
Langkah ini sekaligus mengaktifkan tiga SOTK baru: Setdakab Aceh Utara, Dinas Kominfo dan Persandian, serta Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan KB.
Tak berhenti pada struktur, Ayahwa juga menegaskan pentingnya digitalisasi birokrasi dengan meluncurkan aplikasi SRIKANDI—arsip elektronik terintegrasi—serta tanda tangan elektronik (TTE) untuk semua OPD.
“Ini adalah langkah nyata menuju digitalisasi tata kelola pemerintahan,” tegas Sekda A. Murtala.
1.3 Peresmian Operasional Pesawat Charter dan Bandar Udara Khusus Point A
Bupati Aceh Utara H. Ismail A. Jalil. SE., MM dan Wakil Bupati Tarmizi, S.I.Kom didampingi Asisten I Dr. Fauzan, S.STP., MPA menyambut kedatangan Gubernur Aceh Muzakir Manaf beserta Anggota DPRA dan rombongan di acara Peresmian Operasional Pesawat Charter dan Bandar Udara Khusus Point A di Wilayah Kerja B. Dilaksanakan di Hanggar Bandar Udara Point A, Lhoksukon.
2. Kesehatan untuk Semua – Dari Obat Hingga Keadilan bagi Jiwa yang Terpasung
Jika infrastruktur adalah tulang punggung pembangunan, maka kesehatan adalah nadinya. Di 100 hari pertamanya, Ayahwa menyentuh sektor ini dengan dua pendekatan sekaligus: reformasi sistemik dan kepedulian yang mendalam pada kemanusiaan.
2.1 Pelayanan Tak Lagi Lambat: Rumah Sakit dan Puskesmas Bergerak Cepat
Dulu, warga harus menunggu hingga tiga jam hanya untuk menebus obat di RSUD Cut Meutia. Tapi kini, situasi berubah drastis. Dalam 100 hari pertama Ayahwa, rumah sakit kebanggaan Aceh Utara ini melakukan lompatan pelayanan dengan membuka empat depot obat tambahan.
“Kini warga hanya butuh 30 menit untuk menebus obat,” kata salah satu tenaga medis RSUD dengan bangga.
Rata-rata 800 pasien per hari kini dilayani lebih cepat, lebih manusiawi, lebih bermartabat.
Di sisi lain, sebanyak 32 Puskesmas di Aceh Utara telah resmi menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Status ini memungkinkan mereka untuk mengelola keuangan secara fleksibel, memberikan insentif layak kepada 1.850 tenaga kesehatan, serta merespons kebutuhan masyarakat lebih cepat dan efektif.
Ayahwa tak hanya memperbaiki gedung dan sistem. Ia mengangkat kembali semangat para pahlawan kesehatan yang sempat dilupakan.
2.2 ODGJ Bukan Aib: Aceh Utara Bebas Pasung 2025 Dimulai
Namun langkah paling menyentuh—dan paling manusiawi—muncul dari kampung-kampung terpencil di Tanah Jambo Aye. Di sana, dalam sunyi dan luka sosial, belasan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) terpasung dalam ruang sempit tanpa harapan.
Salah satunya adalah Muhammad Dahri (22). Sudah dua tahun dia dipasung oleh keluarganya karena dianggap membahayakan. Di hari pembebasan itu, ibunya, Ummi Kalsum, hanya bisa menggenggam tangannya dan berkata lirih:
“Kami ingin dia sembuh. Kami sangat berharap ini jalan Allah.”
Ayahwa, bersama tim gabungan dari RSJ Aceh, RSUD Cut Meutia, dan Dinas Kesehatan, melakukan aksi simbolik penjemputan pasien pasung.
“Memasung bukan solusi. Itu ketidakadilan. Negara harus hadir. Pemerintah harus peduli. Aceh Utara harus bebas pasung,” tegas Ayahwa.
Dari tujuh pasien yang ditargetkan, enam berhasil dibebaskan. Data Dinkes menunjukkan, dari total 2.556 ODGJ di Aceh Utara, masih ada 32 kasus pasung aktif yang menjadi prioritas pembebasan.
Program ini tidak hanya fokus pada evakuasi, tetapi juga penguatan layanan kesehatan jiwa di tingkat Puskesmas, pelatihan petugas, serta pembentukan Unit Pelayanan Intensif Psikiater (UPIP) di RSUD Cut Meutia.
“Ini bukan sekadar tugas medis. Ini tugas kemanusiaan,” kata Kadinkes Jalaluddin dengan penuh empati.
2.3 Gizi untuk Anak, Rasa Aman untuk Warga
Tak hanya soal rumah sakit dan jiwa yang merintih, Ayahwa juga membangun dasar masa depan anak-anak Aceh Utara dengan mendirikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di tiga kecamatan.
Program ini menyasar anak-anak rawan stunting, memberikan intervensi gizi sejak dini, dan memastikan tidak ada generasi yang tumbuh tanpa harapan karena kemiskinan gizi.
Sementara itu, inovasi yang lebih sederhana tapi berdampak besar juga diterapkan: pemasangan stiker nomor darurat di tiap rumah. Di dalamnya tercantum nomor Polsek, PLN, Damkar, ambulans, dan Puskesmas.
Tujuannya? Memberikan rasa aman, mempercepat respons, dan menunjukkan bahwa pemerintah hadir—bahkan hingga ke pintu rumah rakyat.
3. Sekolah untuk Semua – Menenun Masa Depan dari Gampong Hingga Gedung Pemerintahan
Di tengah ketimpangan akses dan angka putus sekolah yang terus menghantui, Ayahwa memulai revolusi senyap dari ruang kelas dan pesantren. Pendidikan bukan hanya tentang bangku dan papan tulis. Baginya, pendidikan adalah alat untuk memutus rantai kemiskinan dan menyulam harapan dari reruntuhan keterbatasan.

3.1 Sekolah Rakyat: Pendidikan Tak Lagi Hak Eksklusif
Sebagai wujud nyata keberpihakan pada rakyat miskin, Pemkab Aceh Utara mengajukan proposal resmi kepada Kementerian Sosial RI untuk pembangunan Sekolah Rakyat. Pemerintah bahkan telah menyiapkan lahan seluas 35 hektare di Desa Meunye Matang Ubi, Kecamatan Lhoksukon.
“Langkah ini adalah wujud nyata kepedulian pemerintah daerah terhadap masa depan pendidikan generasi muda dari keluarga kurang mampu,” ungkap Sekda Dr. A. Murtala.
Sekolah Rakyat ini tidak sekadar menyediakan ruang kelas, tapi juga dirancang untuk memberikan pendidikan karakter, keterampilan vokasional, dan nilai-nilai kebangsaan. Targetnya jelas: anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem tidak boleh lagi putus sekolah.
Sebagai bentuk komitmen, Pemkab juga menghadiri langsung kegiatan verifikasi pusat di Kemensos, menyerahkan dokumen lengkap: surat usulan, sertifikat lahan, hingga dokumentasi teknis. Mereka tidak hanya menunggu, mereka bergerak.
3.2 Tahfiz Qur’an dan Muatan Lokal: Membangun Karakter dari Akar
Di sektor pendidikan formal, Bupati Ayahwa meluncurkan program Tahfiz Qur’an untuk siswa SD dan SMP di Kecamatan Syamtalira Bayu. Sebuah langkah revolusioner yang menyeimbangkan pengetahuan dunia dan akhirat.
Program ini bukan hanya tentang menghafal, tetapi juga menanamkan akhlak Qur’ani kepada generasi muda. Sejalan dengan itu, Pemerintah juga tengah menyusun Peraturan Bupati tentang kurikulum muatan lokal, agar nilai-nilai keacehan—budaya, adat, dan sejarah—menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah.
“Kita ingin anak-anak kita tidak tercerabut dari akar. Mereka harus cerdas secara akademik, tapi juga kuat secara spiritual dan budaya,” kata Ayahwa dalam satu forum pendidikan.
3.3 ASN Berakhlak: Dari Halalbihalal ke Revolusi Disiplin
Tak hanya anak-anak yang dibentuk karakternya. ASN pun dibina agar menjadi pelayan rakyat yang berintegritas dan religius.
Pada Halalbihalal Pemkab Aceh Utara (16/6/2025), yang bertepatan dengan ulang tahun Ayahwa, suasana kekeluargaan dan kehangatan menyelimuti aula Setdakab. Acara tersebut dihadiri seluruh pejabat daerah, perbankan, dan ratusan ASN. Tapi yang paling menyentuh adalah momen santunan kepada anak yatim—sebuah simbol bahwa pemerintah bukan sekadar struktur, tapi juga hati.
“Mari kita wujudkan Aceh Utara Bangkit dengan semangat ikhlas, kebersamaan, dan pengabdian yang tulus untuk rakyat,” seru Ayahwa.
Tak hanya berhenti di situ, Ayahwa menginstruksikan agar setiap instansi mengadakan pengajian rutin bulanan. Ia juga mempertegas pentingnya disiplin kerja, bahkan dengan sanksi tegas bagi ASN yang lalai.
“Kerja bukan sekadar absen. Ini amanah. Dan setiap amanah akan dipertanggungjawabkan.”
3.4 Sport Center Pasee: Menyatukan Kesehatan, Rekreasi, dan Kebanggaan Daerah
Masa depan yang sehat tak bisa dilepaskan dari olahraga dan ruang publik yang layak. Karena itu, Ayahwa menggagas pembangunan Pasee Sport Center di atas lahan 30 hektare di kawasan Trieng, Lhoksukon. Proyek ini bagian dari RPJMD dan sudah memasuki tahap penyusunan master plan dan DED.
Kadis Porapar, M. Nasir, menjelaskan bahwa sport center ini akan menjadi pusat kegiatan olahraga modern dengan fasilitas terbuka hijau, taman, dan sarana masyarakat.
“Kami sangat mengharapkan agar semua pihak mendukung pembangunan ini secara komprehensif,” katanya.
Bupati, Sekda, Wabup, dan seluruh kepala dinas telah meninjau langsung lokasi. Ini bukan rencana atas kertas, tapi langkah nyata menuju integrasi sosial dan kebugaran masyarakat.
3.5 Menjahit Harapan, Menyalakan Gerakan – Aceh Utara Tak Lagi Diam
Seratus hari bisa terasa singkat dalam hitungan kalender, tapi bisa sangat panjang jika dijalani dengan kerja keras, komitmen, dan keberanian mengambil keputusan. Di tangan Ayahwa, 100 hari pertama bukan hanya awal pemerintahan, tetapi awal dari sebuah gerakan perubahan. Gerakan yang tidak sekadar diukur lewat spanduk, tetapi dirasakan langsung oleh rakyat: dari pintu rumah, halaman sekolah, hingga lumbung sawah dan kamar pasien.
3.6 Kedaulatan Pangan: Dari Sawah ke Kilang Sendiri
Satu gebrakan luar biasa muncul dari sektor pertanian. Ayahwa menargetkan lima kali panen padi per tahun—sesuatu yang bahkan di tingkat nasional masih sangat jarang dilakukan.
Strateginya adalah pembagian irigasi secara bergilir: wilayah timur menanam lebih dahulu, kemudian air dialihkan ke barat, dan begitu seterusnya. Sistem ini juga diterapkan di Irigasi Krueng Pase, yang selama empat tahun sebelumnya macet total.
“Insya Allah, dalam tahun ini irigasi tersebut akan rampung dan bisa kembali mengairi sawah bagian timur dan barat seperti biasa,” ujar Ayahwa penuh harap.
Untuk menampung hasil panen yang melimpah, Pemkab berencana membangun kilang padi modern pada 2026. Kilang ini akan menampung gabah lokal dan mencegah pengiriman ke luar daerah, terutama ke Medan.
“Gabah dapat diproduksi sendiri dan dilarang keluar ke Medan. Dengan demikian, harga gabah akan semakin tinggi dan harga beras dapat terjangkau,” tegas Ayahwa.
Langkah ini bukan hanya tentang produksi pangan, tapi juga tentang kedaulatan ekonomi petani dan keberpihakan pada produk lokal.
3.7 Bukan Cuma Pembangunan, Tapi Penghormatan
Serangkaian prestasi ini berdiri di atas fondasi etika kepemimpinan. Ayahwa tidak berbicara dengan janji kosong. Ia hadir di lokasi pembangunan. Ia berdiri di depan rumah warga. Ia menyentuh langsung denyut persoalan di lapangan.
Dalam pertemuan dengan Menteri PU, ia tidak menunggu proposal diketik oleh staf. Ia datang langsung, menyampaikan sendiri permintaan Rp54,5 miliar untuk SPAM, dan mendapatkan respons positif.
“Kami senang Pak Menteri datang langsung ke Aceh Utara setelah pertemuan di Jakarta. Terima kasih yang sebesar-besarnya dari seluruh rakyat Aceh Utara,” kata Ayahwa.
Ketika rakyat Aceh Utara bicara tentang pelayanan, mereka kini punya bukti. Ketika bicara soal keadilan, mereka punya referensi. Ketika bicara soal masa depan, mereka punya harapan.
3.8 Dari Retorika ke Realita: Pemerintah Tak Lagi Absen
Ayahwa tidak sendiri. Di belakangnya berdiri barisan ASN, tenaga medis, guru, dan petani. Di sampingnya ada tokoh masyarakat, camat, dan kepala OPD yang kini mulai bergerak dengan semangat baru.
“Doakan kami agar tetap amanah, kuat, dan diberi kelapangan dalam menjalankan tugas ini demi kemaslahatan masyarakat,” pungkas Ayahwa dalam berbagai kesempatan.
Dan barangkali, inilah esensi dari seluruh 100 hari itu: kebangkitan Aceh Utara bukan semata soal proyek dan pencapaian angka, tapi soal hadirnya kembali kepercayaan rakyat kepada pemerintahnya.
Kini, Aceh Utara tidak lagi hanya menjadi berita karena bencana, konflik, atau kemiskinan. Tapi karena kerja nyata, kebijakan berpihak, dan pemimpin yang tahu ke mana langkahnya dituju.
4. Akhir Kata: Menuju 5 Tahun yang Menyala
Seratus hari telah berlalu. Tapi jalan masih panjang. Bila konsistensi ini terjaga, Ayahwa dan rakyatnya bisa menjadikan lima tahun mendatang sebagai periode paling bersejarah dalam pembangunan Aceh Utara.
Dari jalan berlubang hingga jalur irigasi, dari pasung jiwa hingga bangkitnya Sekolah Rakyat, dari ladang padi hingga sport center—Ayahwa telah menyalakan obor perubahan. Kini, obor itu harus dijaga bersama-sama.
Aceh Utara tak lagi diam.
Aceh Utara bangkit.
Dan rakyatnya tahu: pemerintah sedang bekerja.
(ADV/byRM)
Ikuti notula.news di Google Berita untuk update informasi lebih mudah dan nyaman. Klik di sini