New York, AS – Dunia internasional menyoroti kemunculan Zohran Mamdani, politisi muda Muslim progresif, sebagai calon terkuat dalam pemilihan Walikota New York 2025. Mamdani, anggota Majelis Negara Bagian New York dari Partai Demokrat, berhasil memenangkan pemilihan pendahuluan dengan mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo melalui sistem ranked-choice voting.
Mengutip laporan AP News (24 Juni 2025), Mamdani meraih sekitar 43 persen suara putaran pertama, sementara Cuomo memperoleh 36 persen, sebelum akhirnya menyatakan mundur dari kontestasi. Cuomo juga menyampaikan selamat kepada Mamdani, yang langsung mengklaim kemenangan sebagai calon resmi Partai Demokrat untuk pemilihan Walikota New York November mendatang.
Putra dari sineas ternama Mira Nair, Mamdani dikenal sebagai pendukung Palestina dan pengkritik keras kebijakan militer Israel. Dalam wawancara dengan The Guardian (25 Juni 2025), Mamdani menyatakan bahwa kemenangan ini adalah hasil konsistensinya dalam memperjuangkan keadilan sosial, perubahan iklim, dan reformasi sistem kepolisian.
Dukungan luas datang dari komunitas minoritas, imigran, dan generasi muda. AP News melaporkan bahwa kalangan Muslim dan Asia Selatan di New York melihat kemenangan Mamdani sebagai “cermin harapan dan keterwakilan baru” dalam sistem politik Amerika.
Namun, kemenangan Mamdani juga memicu reaksi keras dari kelompok konservatif. Menurut laporan Reuters (26 Juni 2025), lonjakan ujaran kebencian dan Islamofobia menyeruak di media sosial, bahkan sebelum hasil resmi diumumkan. Beberapa akun sayap kanan menuding Mamdani sebagai “radikal” karena sikapnya terhadap Palestina dan kritiknya terhadap Zionisme.
Meski demikian, jajak pendapat pasca pendahuluan menunjukkan Mamdani masih menjadi kandidat terfavorit di kalangan pemilih muda dan progresif di New York, mengungguli calon-calon dari Partai Republik dan independen yang berpotensi maju pada pemilihan umum 4 November 2025.
Jika terpilih, Zohran Mamdani akan menjadi Walikota Muslim pertama dalam sejarah New York, sekaligus menandai babak baru dalam sejarah politik Amerika Serikat yang semakin beragam dan inklusif