Indeks

Inilah Ibrahim Traoré: Pemimpin Termuda Dunia dari Burkina Faso yang Lagi viral 

 Ouagadougou, Burkina Faso – Dunia internasional kini menyoroti Ibrahim Traoré, seorang perwira muda yang menggemparkan Afrika Barat dengan mengambil alih kekuasaan di Burkina Faso melalui kudeta militer pada September 2022. Di usia 34 tahun saat menjabat, Traoré bukan hanya menjadi presiden sementara negara itu, tetapi juga pemimpin negara termuda di dunia. Siapakah dia, dan bagaimana langkah-langkahnya mengubah lanskap politik dan geopolitik kawasan Sahel?

Siapa Ibrahim Traoré?

Lahir pada 14 Maret 1988 di Kéra, sebuah desa kecil di Provinsi Mouhoun, Traoré berasal dari latar belakang sederhana. Ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Ouagadougou, mengambil jurusan geologi, dan lulus dengan predikat kehormatan. Di kampus, ia aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa, termasuk Asosiasi Mahasiswa Muslim dan ANEB (Asosiasi Nasional Mahasiswa Burkina Faso) yang berhaluan Marxis. Aktivisme mahasiswa membentuk pandangan ideologisnya yang anti-imperialis dan pan-Afrikanis.

Karier Militer dan Kenaikan ke Puncak Kekuasaan

Traoré bergabung dengan militer Burkina Faso pada 2009 dan menjalani pelatihan militer di Maroko. Ia sempat bertugas dalam misi penjaga perdamaian PBB di Mali (MINUSMA), di mana reputasinya sebagai prajurit tangguh mulai tumbuh. Dalam beberapa tahun terakhir, ia terlibat dalam operasi kontra-insurgensi melawan kelompok jihadis yang mengancam stabilitas Burkina Faso.

Pada 30 September 2022, Traoré memimpin kudeta terhadap Presiden sementara Paul-Henri Sandaogo Damiba. Kudeta ini didorong oleh ketidakpuasan militer terhadap kegagalan pemerintah menangani pemberontakan Islamis yang meluas. Traoré kemudian dilantik sebagai Presiden Transisi pada 6 Oktober 2022.

Apa yang Diperjuangkan Traoré?

Sejak menjabat, Traoré menerapkan kebijakan yang menggemakan warisan Thomas Sankara—pahlawan revolusioner Burkina Faso. Ia menyuarakan kemandirian Afrika, menolak intervensi asing, dan memutus kerja sama militer dengan Prancis. Sebaliknya, ia menjalin hubungan erat dengan Rusia, termasuk dugaan dukungan dari kelompok paramiliter Wagner.

Kebijakan domestiknya berfokus pada:

  • Nasionalisasi tambang emas,
  • Distribusi lahan kepada petani,
  • Pembangunan infrastruktur jalan di daerah terpencil,
  • Kampanye ketahanan pangan nasional.

Meski demikian, situasi keamanan belum membaik secara signifikan. Lebih dari 60% wilayah Burkina Faso masih berada di luar kendali pemerintah, dan lebih dari dua juta orang mengungsi.

Bagaimana Pandangan Dunia Internasional?

Traoré memicu polemik di dunia internasional. Beberapa pihak melihatnya sebagai simbol kebangkitan pemimpin muda yang menentang kolonialisme baru. Namun, kekhawatiran terhadap pelanggaran hak asasi manusia, pembatasan media, serta potensi pengaruh Rusia di kawasan menjadi sorotan tajam dari Barat.

Pada Januari 2024, Burkina Faso keluar dari ECOWAS (Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat) bersama Mali dan Niger, dan membentuk Aliansi Negara-Negara Sahel—suatu langkah dramatis yang dinilai memperkuat blok militer baru yang menantang tatanan geopolitik lama di kawasan tersebut.

Mengapa Sosok Ini Relevan Hari Ini?

Ibrahim Traoré mencerminkan fenomena baru di Afrika: kebangkitan generasi muda militeris yang menantang dominasi kekuatan tradisional dan menuntut reformasi radikal. Dalam berbagai pidatonya, Traoré kerap menyuarakan visi untuk “membangun Afrika yang bebas dan berdaulat” dari dalam, bukan dengan bantuan Barat.

Namun, keberhasilan visi ini akan bergantung pada kemampuannya memperbaiki keamanan, memulihkan ekonomi, dan menjaga hak-hak rakyatnya di tengah badai geopolitik dan ancaman terorisme yang tak kunjung reda.


 

Exit mobile version