Haifa – Empat tentara Israel tewas dan tujuh lainnya mengalami luka parah akibat serangan drone yang diluncurkan oleh kelompok Hizbullah di dekat Binyamina, Haifa pada Minggu (13/10) waktu setempat. Insiden ini menandai lonjakan ketegangan yang signifikan dalam konflik yang sudah berlangsung antara Israel dan kelompok bersenjata yang didukung Iran tersebut.
Menurut pernyataan resmi militer Israel, serangan dilakukan menggunakan pesawat tanpa awak (UAV) yang menghantam pangkalan militer mereka. “Kemarin, sebuah UAV yang diluncurkan oleh Hizbullah menghantam pangkalan militer kami di dekat Binyamina,” ungkap militer Israel dalam sebuah pernyataan resmi yang dilansir oleh kantor berita AFP.
Hizbullah, yang berbasis di Lebanon, mengklaim bahwa serangan ini adalah balasan terhadap serangan udara Israel yang telah menyebabkan kematian lebih dari 20 orang di Beirut pada Kamis lalu. “Apa yang terjadi hari ini di Haifa tidak ada bandingannya dengan apa yang mungkin terjadi selanjutnya jika Israel terus melanjutkan agresinya terhadap rakyat kami,” peringatan kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Badan penyelamat sukarela Israel, United Hatzalah, melaporkan telah membantu lebih dari 60 orang yang terluka akibat insiden tersebut, dengan kondisi luka bervariasi dari ringan hingga kritis. Pertahanan udara Israel, termasuk sistem Iron Dome, diketahui telah mencegat sejumlah proyektil yang diluncurkan oleh Hizbullah dalam beberapa bulan terakhir.
Serangan ini terjadi dalam konteks peningkatan ketegangan di kawasan, di mana Hizbullah secara teratur meluncurkan roket dan drone ke wilayah Israel. Hal ini menambah kekhawatiran akan kemungkinan eskalasi lebih lanjut di wilayah yang telah lama mengalami konflik. Sementara itu, analisis situasi menunjukkan bahwa baik Israel maupun Hizbullah berisiko terjebak dalam lingkaran kekerasan yang semakin sulit untuk diakhiri.